Rabu, 03 Desember 2008

Guru "Masa kini dan Masa Lalu"

Perasaan yang bergejolak saat pertama kali berdiri di depan kelas, dihadapan puluhan mata yang menatap tajam, memperhatikan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tetesan keringat yang tak terbendungkan dari lipatan-lipatan badan menambah suasana menjadi lebih panas, ditambah dengan ruangan yang cukup panas walaupun kipas terus berputar di langit-langit kelas.
Apersepsi, itulah istilah yang digunakan oleh seorang guru untuk menenangkan dan membuat kondisi kelas menjadi kondusif untuk memulai proses pembelajaran. Ketegasan dan kebijakan guru dalam mengatasi berbagai karakter siswa akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses belajar mengajar.
Bukan pekerjaan yang mudah untuk membuat suasana kelas menjadi kondusif. Segudang aktifitas siswa yang mendambakan kebebasan dan kemerdekaan untuk terus bergerak dan mengeluarkan semua ide dan impian-impiannya dalam berbagai suasana, sekali pun pembelajaran sedang berlangsung sedikit banyak membuat konsentrasi guru dalam memulai aktifitas mengajarnya terbuyarkan.
Profesionalisme guru yang sering didengungkan patut dipertanyakan (?). Artinya guru dengan profesionalismenya harus mampu mengatasi suasana, apapun kondisinya.
Kesabaran dalam mengatasi siswa yang aktif dan ekspresif merupakan ujung tombak dalam memulai sebuah perjuangan untuk menanamkan nilai-nilai baik pada siswa.
Seperti tugas utama guru, selain sebagai mediator (mentransfer pengetahuan) kepada siswa,
guru memiliki tugas yang sangat mulia yaitu menanamkan nilai-nilai akhlak, moral, kepribadian yang yang akan bermanfaat bagi hidupnya kelak saat mereka terjun dan bergaul dengan masyarakat. Label manusia yang intelek dengan segenap norma dan hukum yang mengikatnya akan mengantarkan mereka untuk menjadi generasi yang lebih baik dari generasi sebelumnya.
Dengan mengedepankan dan mengangkat istilah profesional inilah, kadang menjadi momok bagi guru-guru dalam mengatasi kondisi siswanya yang semakin hari semakin memperlihatkan kemunduran akhlak. Kemunduran itu nampak dari bagaimana mereka memperlakukan gurunya dengan semena-semena baik dalam sikap maupun ucapannya.
Kondisi ini menjadi lebih buruk, dengan adanya sekolah-sekolah yang sama sekali tidak peduli dengan perkembangan siswa-siswanya, terutama perkembangan akhlaknya. Dengan kata lain tidak ada tindakan yang preventif maupun kuratif dalam mengikuti perkembangan siswa. Tindakan preventif dapat dilakukan dengan penanaman kebiasaan-kebiasaan baik yang wajib dilaksanakan oleh siswa, walau pun pada awalnya siswa merasa terpaksa dengan nilai-nilai yang ditanamkan tersebut. Tindakan kuratif dilakukan bagi siswa yang sudah melakukan kesalahan-berulang-ulang setelah penanganan awal dilakukan, tetapi tidak membuahkan hasil.
Kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara siswa, guru dan orang tua semakin menambah runyamnya masalah ini. Orang tua yang kurang peduli bahkan sama sekali tidak peduli dengan pendidikan anak-anaknya atau juga orang tua yang terlalu otoriter akan memberikan efek yang kurang baik bagi perkembangan anaknya. Sementara orang tua yang dapat menjalin komunikasi yang baik, dengan guru maupun anak sedikit banyak memberikan pengaruh yang baik bagi perkembangan anak tersebut.
Dari penelitian yang dilakukan oleh salah seorang guru matematika

Tips Menulis Karya Tulis Sederhana

Bismillahirohmanirrohiim... Membuat Karya Tulis walaupun sederhana, ternyata butuh perjuangan untuk menyelesaikannya. Ketekunan dalam...